Sama halnya dengan paket wisata kini, kegiatan bersepeda pun telah memiliki banyak ragam dan model. Salah satu bentuk yang semakin digemari adalah kegiatan bersepeda gunung atau yang lebih tren disebut Mountain Bike, yang memiliki 24 perpindahan jenis gigi.
Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrikan sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Didirikan oleh James Starley. Ini momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angina. Laju sepeda pun tak lagi berguncang. Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi. Sejak itu, berjuta orang mulai menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Amerika dan Eropa sebagai pionir.
Kini sepeda punya beragam model. Ada sepeda roda tiga buat balita, sepeda mini. “sepeda kumbang”, hingga sepeda tandem bersama. Bahkan olahraga balap sepeda mengenal sedikitnya tiga macam perangkat lomba. Yakni “sepeda jalan raya” untuk jalanan yang mulus dengan 16 kombinasi gir yang berbeda, “sepeda track” hanya dengan 1 gigi, lalu yang sedang digandrungi saat ini model “sepeda gunung” atau Mountain Bike yang memiliki 24 gigi.
Sepeda gunung bisa dijadikan alternative mengisi waktu luang selain mengikuti paket wisata. Mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah kita jejaki. Seperti di daerah Bandung, di komplek Perumahan Kota Baru Parahyangan-Padalarang, 18 kilometer sebelah barat kota Bandung terdapat rute bersepeda dengan medan yang cukup lengkap, Anda juga dapat memilih sepeda kategori road bike, hybrid dan jenis MTB.
Aktifitas ini bisa dimulai dari gerbang kompleks menuju ke dalam komplek. Tersedia jalan raya lebar beraspal mulus sejauh lima kilometer. Kontur jalan yang naik turun cukup ideal untuk bersepeda jenis MTB. Diselingi pemandangan memukau disepanjang jalan yang cukup indah dan asri. Di kiri-kanan jalan, terdapat tanaman hias yang terawatt apik. Jika memandang ke arah selatan, nun jauh di sana terlihat perbukitan, rumah-rumah dengan desain arsitektur dan tata warna yang cantik dan unik. Dengan menggunakan sepeda satu dua kali kayuh cukup membuat badan berkeringat seperti mandi.
Bagi penggemar off-road, dari ujung jalan kompleks bisa melanjutkan perjalanan kearah selatan menempuh jalan tanah tidak beraspal. Dengan jarak satu setengah kilometer dari ujung jalan kompleks, kita tiba di desa Cipondoh di tepi danau Saguling. Dari sini silahkan menyebrang dengan sampan bermotor ke desa Cimanglid sejauh 300 meter dengan biaya Rp 2.000 per orang termasuk sepeda. Atau Anda ingin ke “Bunker”, sejauh 700 meter dengan biaya Rp 3.000 per orang termasuk sepeda. Lama penerbangan hanya beberapa menit saja. Dari kedua tempat tersebut bisa melanjutkan perjalanan ke Batujajar sejauh empat kilometer. Jalannya sebagian multi-track; berbatu, datar, sebagaian jalan beraspal. Dari Batujajar bisa terus ke Bandung melalui jalan raya. Bisa juga lanjut ke Cililin atau ke Gunung Halu melalui jalan cukup mulus namun banyak tanjakan. Dari ujung jalan kompleks kea rah barat daya, kita bisa ke desa Sayang Haleuang berjarak tujuh kilometer. Atau ke bukit Batu Bintang berjarak lima kilometer dengan jalanan berbatu dan naik-turun. Maka dari itu untuk menempuh track ini sebaiknya jangan menggunakan road-bike dengan ban kecil.
Rute ini sangat komplit karena kita bisa bersepeda menempuh jalan raya beraspal mulus, jalan tanah, jalan berbatu naik turun, sampai menyebrang danau dengan sampan. Sehingga keinginan berolahraga sekaligus berwisata kita akan terpuaskan dan berkesan.
Untuk urusan ‘BBM’ (beli-beli makanan Anda) tidak perlu khawatir. Di kompleks tersebut ada beberapa warung yang berjualan minuman kemas, roti, lontong, bacang, dsb. Buka sejak pukul 06.30 WIB. Di atas pukul 09.30 Anda bisa ke Bale Pare, kompleks kedai aneka makanan dan minuman semacam Pujasera. Disini kita dapat duduk santai beristirahat sambil menyeruput juice buah segar setelah menjelajah dengan sepeda.